Jakarta, 15/11/2017 – Kepala
Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Triawan Munaf, dan Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM), Thomas Trikasih Lembong, menghadiri Akatara Indonesia
Film Financing Forum 2017 sebagai keynote
speakers di Grand Mercure Harmoni
hari ini (15/11). Akatara adalah forum pendanaan proyek film pertama di
Indonesia yang digelar Deputi Akses Permodalan Bekraf menggandeng Badan Perfilman
Indonesia (BPI).
Pada laporan kegiatan, Deputi
Akses Permodalan Bekraf, Fadjar Hutomo, menginformasikan 40 project film terpilih dari 381
pendaftar. Fadjar menambahkan bahwa Bekraf telah melaksanakan roadshow Akatara di Surabaya dan
Makassar untuk sosialisasi acara sekaligus investment
forum di Jakarta untuk
memperkenalkan pendanaan subsektor film.
“Tujuan diadakannya Akatara
memfasilitasi akses permodalan antara film
project makers dengan potential
investor maupun funders. Saya
yakin (Akatara) akan menggairahkan perfilman nasional kita,” ungkap Fadjar.
Kepala Bekraf, Triawan Munaf,
mengungkapkan Akatara sebagai salah satu program yang menjadi cita-cita Bekraf
sebagai inisiatif memiliki produksi film nasional yang menjadi tuan rumah di
negeri sendiri dan bisa merajai di tingkat global.
“Kita berusaha agar ada
ketertarikan, minat, agar lebih banyak lagi dana masyarakat yang tidak tidur,
tapi bisa dimanfaatkan untuk investasi. Juga dana-dana di luar sana yang bisa
dibantu (untuk) perfilman Indonesia,” tutur Triawan.
Ia menjelaskan geliat
perfilman Indonesia yang terus bangkit dengan jumlah film yang meningkat, yaitu
10 judul film yang menarik satu juta penonton di tahun lalu dengan pemerataan
jumlah penonton di seluruh Indonesia. Harapannya yaitu film akan menjadi salah
satu tumpuan ekonomi kreatif sebagai tulang punggung perekonomian nasional.
“Mudah-mudahan kita bisa
ciptakan film film box office yang
lebih banyak di Indonesia. Kita semakin optimis (dengan) tantangan-tantangan
perfilman nasional bisa kita atasi,” tambah Triawan.
Kepala BKPM, Thomas Trikasih
Lembong, menjelaskan film sebagai reformasi ekonomi. Pembangunan bioskop yang
meningkat 12% hingga 17 % pertahun memfasilitasi penonton Indonesia untuk
menikmati film nasional.
Thomas menjelaskan pendanaan
film dan investasi di perfilman. Pertumbuhan box office membuat market
yang jelas untuk investor. Dengan resiko perfilman yang tinggi, pendanaan di
perfilman adalah Venture Capital
(VC).
“Saya akan terus himbau
kawan-kawan di sektor keuangan untuk benar-benar mempelajari peluang-peluang di
film. Sekarang saya lihat industri (perfilman) semakin dewasa, canggih, dan
profesional,” tegas Thomas.
Perwakilan Silver Media Group,
Ginkai Chan, dan Ketua BPI, Chan Parwez, juga hadir menginformasikan perfilman
Indonesia. Akatara hari ini diakhiri dengan pitching
12 film makers di hadapan investor
dan penggiat perfilman Indonesia, antara lain 27 step of way, Betterworld,
4 Musin Pertiwi, Mencuri Raden Saleh, Puisi dari Mandalika, Sebut Namaku Tiga
Kali, Tale of the Land, Leleng,
Marengka, Pohon Baleo, Mudik, dan Autobiography. (mm)